Meningkatnya kesadaran publik seputar ancaman yang disebabkan serangga dikenal sebagai Tomcat, telah mendistorsikan beberapa fakta seputar dampak dari serangga yang dikenal dengan nama lokal, semut semai. Berikut adalah fakta medis seputar dampak dari semut semai alias tomcat, antara lain:
Serangga semut semai tidak mematikan.
Serangga ini berhabitat alami di persawahan. Predator alaminya adalah wereng dan kepik. Jika habitatnya menghilang, maka serangga ini akan berkomunal di tempat yang terang dan hangat. Tomcat memang memiliki cairan beracun, namun tidak mematikan. Semut semai menyebarkan racunnya dengan cara menyemprotkan ke arah datangnya ancaman. Dampak yang ditimbulkan adalah gejala kemerahan dan muncul bintil-bintil 24-36jam pasca paparan. Sensasi yang dirasakan adalah panas dan gatal. Pertolongan pertama bisa dilakukan dengan membasuh dengan cairan sabun atau air bersih dengan aliran satu arah.
Tidak menyebabkan herpes
Pada beberapa sebaran informasi di berbagai media disebutkan serangan serangga ini menyebabkan herpes. Ini salah besar. Memang adanya gejala yang ditimbulkan sangat mirip dengan herpes, namun iritasi kulit yang ada bisa ditangani tidak sama dengan penanganan herpes. Pengobatan paparan tomcat bukanlah dengan topikal ataupun oral acyclovir. Acyclovir hanya untuk penanganan virus herpes.
Penanganan
Bawalah segera ke rumah sakit atau klinik terdekat. Penanganan pertama bisa dilakukan dengan basuhan air untuk mengurangi paparan. Pastikan arah basuhan langsung ke pembuangan, guna mencegah potensi sisa basuhan yang membawa kandungan zat aktif racun memaparkan ke wilayah kulit lainnya.
Adalah bijaksana jika kondisi penderita dapat langsung dibawa ke rumah sakti untuk mendapatkan penanganan yang terbaik dari pihak otoritas medis.
Komentar
Posting Komentar