Perawat Bukan Pembantu Dokter!
Perawat, siapa yang tidak kenal dengan profesi luar biasa ini. Bahkan tidak jarang pasien lebih ingat akan perawat daripada dokternya karena pasien lebih berinteraksi dengan para perawat yang memang mempunyai waktu lebih banyak dibanding dokter. Ketekunan juga kesabaran perawat dalam merawat pasien hingga sembuh merupakan hal luar biasa. Sama juga akan perkenalan saya dengan Naela Mustika Khikmah, Ns perawat muda yang mengabdikan diri di lereng Bromo. Program Pencerah Nusantara menjadi wadah bagi kami para tenaga kesehatan untuk menyamakan visi misi dan mengutamakan pasien.
Pasalnya paradigma miring bahwa perawat adalah orang nomer dua yang seolah-olah hanya menjadi pembantu dokter sudah terlalu lama bergulir. Tidak jarang karena pola pikir seperti inilah maka harmonisme antara dokter dan perawat sering berada di ujung tanduk. Dokter terkadang merasa perawat bekerja di luar wewenangnya dan perawat pun merasa dokter hanya dapat memerintah saja tanpa berbagi kesejahteraan dengan adil. Padahal, sungguh kami para dokter tidak akan mampu mengobati dan melayani pasien tanpa peran serta dari perawat. Oleh karenanya, dalam satu ruangan IGD pastilah perbandingan jumlah dokter dan perawat akan sangat menyolok. Dokter bertugas memeriksa pasien dan memberikan terapi sementara perawat berpusat pada hal terkait dunia “perawatan” pasien. Dalam hal ini tentu saja peranan perawat lebih besar dibandingkan peranan dokter di awal. Jika pasien sudah tertangani kondisi kegawatdaruratannya namun tidak mendapatkan perawatan yang maksimal setelahnya maka jangan harap akan bertahan lama. Itulah peran besar perawat yang sering kali tidak terlihat, dimana para perawat menghabiskan waktu lebih lama bersama pasien untuk sekadar mendengarkan kisah pasien.
Namun, bukan hal mudah melakukan kolaborasi dalam berbagi tugas antara dokter dengan perawat karena sejak di bangku kuliah belum ada universitas di Indonesia yang menggabungkan dunia pendidikan keperawatan dengan kedokteran. Saya sendiri pun merasakan adanya jurang pemisah tersebut semenjak mahasiswa. Saya masih beruntung dapat berinteraksi dengan para sejawat perawat dengan menjadi asisten dosen dan berbagi ilmu dengan para perawat. Tentu saja itu belum cukup karena perlu mata kuliah khusus yang menggabungkan berbagai macam tenaga kesehatan untuk saling menghargai sejak dari bangku kuliah.
Tidak Mudah Menjadi Perawat
Jika selama ini anda menganggap perawat hanya tenaga kesehatan kelas dua yang dengan mudah lulus, maka saya katakan bahwa anda salah besar. Menjadi perawat bukan hal mudah. Proses pembelajaran di bangku kuliah terkadang nyaris sama lamanya dengan dokter. Pendidikan untuk perawat pertama kali dimulai di Indonesia dengan adanya SPK (Sekolah Petugas Kesehatan), setingkat SMA namun dengan penjurusan kesehatan. Namun saat ini jalur keperawatan melalui SPK sudah dihapus oleh Kemenkes dan pendidikan keperawatan dimulai dari jenjang D3 dengan gelar AMD,Kep hingga jenjang ners dengan gelar Ns. Itu artinya butuh minimal 3 tahun untuk menjadi perawat D3 dan jika mengambil jenjang sarjana dengan profesi sekaligus maka totalnya 4 tahun. Sama dengan dokter yang dapat melanjutkan sekolah spesialisasi, para perawat pun dapat melanjutkan pendidikan ke spesialis keperawatan di bidang bedah, maternal, anak, jiwa, dan juga komunitas. Bahkan jenjang melanjutkan kuliah di luar negeri pun banyak tersebar untuk para perawat. Hal tersebut diharapkan dapat memacu para perawat untuk terus meng-update terus ilmu yang dimiliki melalui jurnal dan berbagai media lainnya.
Tugas saat di bangku kuliah keperawatan pun tidak mudah karena hampir sebagian besar laporan perawatan pasien harus ditulis dengan tulisan tangan untuk menghindari plagiasi alias copy paste. Belum lagi tugas di bangku profesi yang berinteraksi langsung dengan pasien. Dimulai dari hal sederhana merapikan tempat tidur pasien, memandikan pasien, memastikan pasien makan dengan baik dan benar, hingga membersihkan kotoran pasien. Tidak jarang karena lebih banyak berinteraksi dengan pasien, maka perawat menjadi garda terdepan dalam menerima kemarahan serta segala uneg-uneg pasien. Tentunya bukan hal mudah melewati 4 tahun dan bekerja dengan tetap harus selalu tersenyum dan ramah. Memang bukan hal mudah menjadi perawat.
Perawat Masa Lampau
Jika anda pernah mengenal Florence Nightingale, beliaulah ibu keperawatan modern yang mengubah citra perawat dari pekerjaan yang hina menjadi profesi yang terdidik dan dihargai. Wanita kelahiran 12 Mei 1820 ini tidak pernah menikah dan memutuskan membaktikan dirinya di dunia keperawatan hingga meninggal di usia 90 tahun. Nightingale dikenal sebagai The Lady with The Lamp karena Ia selalu membawa lentera ke bekas medan pertempuran untuk menolong para prajurit. Nightingale mempunyai cita-cita untuk memajukan dunia keperawatan karena pengobatan dan perawatan tak dapat dipisahkan. Keduanya laksana dua sisi koin yang saling terkait. Oleh karenanya mengadopsi Sumpah Hipokrates yang digunakan para dokter, ada pula Sumpah Nightingale untuk para perawat yang digunakan pertama kali di tahun 1893, tiga tahun setelah Nightingale meninggal dunia. Hingga kini, 12 Mei selalu dikenang sebagai Hari Perawat Sedunia atas jasa mulia Nightingale.
“I solemnly pledge myself before God and in the presence of this assembly, to pass my life in purity and to practice my profession faithfully. I will abstain from whatever is deleterious and mischievous, and will not take or knowingly administer any harmful drug. I will do all in my power to maintain and elevate the standard of my profession, and will hold in confidence all personal matters committed to my keeping and all family affairs coming to my knowledge in the practice of my calling. With loyalty will I endeavor to aid the physician in his work, and devote myself to the welfare of those committed to my care.”
Perawat Masa Depan
Dengan jumlah Akademi Keperawatan (Akper) yang lebih dari 1.000 dan sudah berdiri sejak 20 tahun yang lalu, jumlah total perawat di Indonesia kini mencapai 225.000 orang. Tentu saja Perawat masa depan diharapkan yang mengetahui peran, tanggung jawab, dan wewenangnya supaya tidak menyalahi aturan namun tetap bisa memberikan pelayanan terbaik untuk masyarakat, baik yang sehat maupun yang sakit.
Perawat profesional juga harus bekerja sama dan berjalan sinergi antar kelompok, baik dari pendidik, peneliti, pengelola, maupun pelayan. Setiap kelompok saling menghargai supaya tidak lagi saling menyalahkan. Semuanya dapat memajukan dunia keperawatan di ranah masing-masing. Begitu juga hubungan dengan profesi lain dalam tim kesehatan. Setiap profesi mempunyai peran, tanggungjawab dan wewenang masing-masing. Alangkah baiknya jika kita setiap profesi berintegrasi agar tercapai kepuasan pasien dan juga kepuasan tim tenaga kesehatan. Tindakan terintegrasi dapat tercipta jika setiap profesi saling memahami dan menghargai peran dan tanggungjawab perawat . Selain itu, tak akan ada lagi rasa bersaing antar tenaga kesehatan karena setiap profesi mempunyai lahan praktik masing-masing. Dokter mengobati penyakit, perawat mengatasi respons terhadap penyakit, dan profesi lain juga mempunyai identitas khas profesinya.
Mungkin anda pernah mendengar kasus tuntutan hukum terhadap perawat di daerah terpencil yang memberikan pengobatan karena tidak adanya dokter di tempat tersebut. Atau mungkin anda pernah mendengar perawat senior yang terkenal dengan sebutan “Mantri” dengan mudah membuka praktek berpalang sementara dokter harus melalui rangkaian panjang mendapatkan surat izin praktek untuk sebuah pemasangan palang. Tentu saja kita tidak ingin perawat disalahkan karena perbedaan wewenang tidak diimbangi oleh kecukupan tenaga kesehatan lainnya. Kita juga tidak ingin oknum perawat melakukan yang bukan kompetensinya jika ada yang lebih berkompetensi supaya tidak tumpang tindih dan terjadi gesekan. Oleh karenanya, penting untuk membuat aturan supaya perawat nyaman dalam melakukan tugasnya dan tidak terbayangi oleh ketakutan atas tuntutan hukum yang harusnya tidak perlu terjadi.
Hingga saat ini draft RUU Keperawatan sudah ditandatangani oleh Susilo Bambang Yudhoyono melalui komisi IX DPR. Kami berharap dengan adanya Undang-Undang Keperawatan, tugas dan wewenang perawat makin jelas, konsil keperawatan tercipta, serta ada payung hukum bagi perawat yang ada di daerah sulit akses akan pelayanan kesehatan. Tentu saja supaya harmonisasi perawat dengan dokter serta tenaga kesehatan lain makin baik.
Selamat memahami masing-masing profesi dan tidak menutup diri untuk selalu belajar ilmu terbaru.
Selamat Hari Perawat Sedunia
Jaya Terus Perawat Indonesia.
Salam Indonesia Sehat
Tulisan ini merupakan kolaborasi antara perawat dan dokter Pencerah Nusantara Tosari
oleh : Naela Mustika Khikmah, Ns dan dr. Hafiidhaturrahmah
Sumber: Kompasiana.com
Perawat, siapa yang tidak kenal dengan profesi luar biasa ini. Bahkan tidak jarang pasien lebih ingat akan perawat daripada dokternya karena pasien lebih berinteraksi dengan para perawat yang memang mempunyai waktu lebih banyak dibanding dokter. Ketekunan juga kesabaran perawat dalam merawat pasien hingga sembuh merupakan hal luar biasa. Sama juga akan perkenalan saya dengan Naela Mustika Khikmah, Ns perawat muda yang mengabdikan diri di lereng Bromo. Program Pencerah Nusantara menjadi wadah bagi kami para tenaga kesehatan untuk menyamakan visi misi dan mengutamakan pasien.
Pasalnya paradigma miring bahwa perawat adalah orang nomer dua yang seolah-olah hanya menjadi pembantu dokter sudah terlalu lama bergulir. Tidak jarang karena pola pikir seperti inilah maka harmonisme antara dokter dan perawat sering berada di ujung tanduk. Dokter terkadang merasa perawat bekerja di luar wewenangnya dan perawat pun merasa dokter hanya dapat memerintah saja tanpa berbagi kesejahteraan dengan adil. Padahal, sungguh kami para dokter tidak akan mampu mengobati dan melayani pasien tanpa peran serta dari perawat. Oleh karenanya, dalam satu ruangan IGD pastilah perbandingan jumlah dokter dan perawat akan sangat menyolok. Dokter bertugas memeriksa pasien dan memberikan terapi sementara perawat berpusat pada hal terkait dunia “perawatan” pasien. Dalam hal ini tentu saja peranan perawat lebih besar dibandingkan peranan dokter di awal. Jika pasien sudah tertangani kondisi kegawatdaruratannya namun tidak mendapatkan perawatan yang maksimal setelahnya maka jangan harap akan bertahan lama. Itulah peran besar perawat yang sering kali tidak terlihat, dimana para perawat menghabiskan waktu lebih lama bersama pasien untuk sekadar mendengarkan kisah pasien.
Namun, bukan hal mudah melakukan kolaborasi dalam berbagi tugas antara dokter dengan perawat karena sejak di bangku kuliah belum ada universitas di Indonesia yang menggabungkan dunia pendidikan keperawatan dengan kedokteran. Saya sendiri pun merasakan adanya jurang pemisah tersebut semenjak mahasiswa. Saya masih beruntung dapat berinteraksi dengan para sejawat perawat dengan menjadi asisten dosen dan berbagi ilmu dengan para perawat. Tentu saja itu belum cukup karena perlu mata kuliah khusus yang menggabungkan berbagai macam tenaga kesehatan untuk saling menghargai sejak dari bangku kuliah.
Tidak Mudah Menjadi Perawat
Jika selama ini anda menganggap perawat hanya tenaga kesehatan kelas dua yang dengan mudah lulus, maka saya katakan bahwa anda salah besar. Menjadi perawat bukan hal mudah. Proses pembelajaran di bangku kuliah terkadang nyaris sama lamanya dengan dokter. Pendidikan untuk perawat pertama kali dimulai di Indonesia dengan adanya SPK (Sekolah Petugas Kesehatan), setingkat SMA namun dengan penjurusan kesehatan. Namun saat ini jalur keperawatan melalui SPK sudah dihapus oleh Kemenkes dan pendidikan keperawatan dimulai dari jenjang D3 dengan gelar AMD,Kep hingga jenjang ners dengan gelar Ns. Itu artinya butuh minimal 3 tahun untuk menjadi perawat D3 dan jika mengambil jenjang sarjana dengan profesi sekaligus maka totalnya 4 tahun. Sama dengan dokter yang dapat melanjutkan sekolah spesialisasi, para perawat pun dapat melanjutkan pendidikan ke spesialis keperawatan di bidang bedah, maternal, anak, jiwa, dan juga komunitas. Bahkan jenjang melanjutkan kuliah di luar negeri pun banyak tersebar untuk para perawat. Hal tersebut diharapkan dapat memacu para perawat untuk terus meng-update terus ilmu yang dimiliki melalui jurnal dan berbagai media lainnya.
Tugas saat di bangku kuliah keperawatan pun tidak mudah karena hampir sebagian besar laporan perawatan pasien harus ditulis dengan tulisan tangan untuk menghindari plagiasi alias copy paste. Belum lagi tugas di bangku profesi yang berinteraksi langsung dengan pasien. Dimulai dari hal sederhana merapikan tempat tidur pasien, memandikan pasien, memastikan pasien makan dengan baik dan benar, hingga membersihkan kotoran pasien. Tidak jarang karena lebih banyak berinteraksi dengan pasien, maka perawat menjadi garda terdepan dalam menerima kemarahan serta segala uneg-uneg pasien. Tentunya bukan hal mudah melewati 4 tahun dan bekerja dengan tetap harus selalu tersenyum dan ramah. Memang bukan hal mudah menjadi perawat.
Perawat Masa Lampau
Jika anda pernah mengenal Florence Nightingale, beliaulah ibu keperawatan modern yang mengubah citra perawat dari pekerjaan yang hina menjadi profesi yang terdidik dan dihargai. Wanita kelahiran 12 Mei 1820 ini tidak pernah menikah dan memutuskan membaktikan dirinya di dunia keperawatan hingga meninggal di usia 90 tahun. Nightingale dikenal sebagai The Lady with The Lamp karena Ia selalu membawa lentera ke bekas medan pertempuran untuk menolong para prajurit. Nightingale mempunyai cita-cita untuk memajukan dunia keperawatan karena pengobatan dan perawatan tak dapat dipisahkan. Keduanya laksana dua sisi koin yang saling terkait. Oleh karenanya mengadopsi Sumpah Hipokrates yang digunakan para dokter, ada pula Sumpah Nightingale untuk para perawat yang digunakan pertama kali di tahun 1893, tiga tahun setelah Nightingale meninggal dunia. Hingga kini, 12 Mei selalu dikenang sebagai Hari Perawat Sedunia atas jasa mulia Nightingale.
“I solemnly pledge myself before God and in the presence of this assembly, to pass my life in purity and to practice my profession faithfully. I will abstain from whatever is deleterious and mischievous, and will not take or knowingly administer any harmful drug. I will do all in my power to maintain and elevate the standard of my profession, and will hold in confidence all personal matters committed to my keeping and all family affairs coming to my knowledge in the practice of my calling. With loyalty will I endeavor to aid the physician in his work, and devote myself to the welfare of those committed to my care.”
Perawat Masa Depan
Dengan jumlah Akademi Keperawatan (Akper) yang lebih dari 1.000 dan sudah berdiri sejak 20 tahun yang lalu, jumlah total perawat di Indonesia kini mencapai 225.000 orang. Tentu saja Perawat masa depan diharapkan yang mengetahui peran, tanggung jawab, dan wewenangnya supaya tidak menyalahi aturan namun tetap bisa memberikan pelayanan terbaik untuk masyarakat, baik yang sehat maupun yang sakit.
Perawat profesional juga harus bekerja sama dan berjalan sinergi antar kelompok, baik dari pendidik, peneliti, pengelola, maupun pelayan. Setiap kelompok saling menghargai supaya tidak lagi saling menyalahkan. Semuanya dapat memajukan dunia keperawatan di ranah masing-masing. Begitu juga hubungan dengan profesi lain dalam tim kesehatan. Setiap profesi mempunyai peran, tanggungjawab dan wewenang masing-masing. Alangkah baiknya jika kita setiap profesi berintegrasi agar tercapai kepuasan pasien dan juga kepuasan tim tenaga kesehatan. Tindakan terintegrasi dapat tercipta jika setiap profesi saling memahami dan menghargai peran dan tanggungjawab perawat . Selain itu, tak akan ada lagi rasa bersaing antar tenaga kesehatan karena setiap profesi mempunyai lahan praktik masing-masing. Dokter mengobati penyakit, perawat mengatasi respons terhadap penyakit, dan profesi lain juga mempunyai identitas khas profesinya.
Mungkin anda pernah mendengar kasus tuntutan hukum terhadap perawat di daerah terpencil yang memberikan pengobatan karena tidak adanya dokter di tempat tersebut. Atau mungkin anda pernah mendengar perawat senior yang terkenal dengan sebutan “Mantri” dengan mudah membuka praktek berpalang sementara dokter harus melalui rangkaian panjang mendapatkan surat izin praktek untuk sebuah pemasangan palang. Tentu saja kita tidak ingin perawat disalahkan karena perbedaan wewenang tidak diimbangi oleh kecukupan tenaga kesehatan lainnya. Kita juga tidak ingin oknum perawat melakukan yang bukan kompetensinya jika ada yang lebih berkompetensi supaya tidak tumpang tindih dan terjadi gesekan. Oleh karenanya, penting untuk membuat aturan supaya perawat nyaman dalam melakukan tugasnya dan tidak terbayangi oleh ketakutan atas tuntutan hukum yang harusnya tidak perlu terjadi.
Hingga saat ini draft RUU Keperawatan sudah ditandatangani oleh Susilo Bambang Yudhoyono melalui komisi IX DPR. Kami berharap dengan adanya Undang-Undang Keperawatan, tugas dan wewenang perawat makin jelas, konsil keperawatan tercipta, serta ada payung hukum bagi perawat yang ada di daerah sulit akses akan pelayanan kesehatan. Tentu saja supaya harmonisasi perawat dengan dokter serta tenaga kesehatan lain makin baik.
Selamat memahami masing-masing profesi dan tidak menutup diri untuk selalu belajar ilmu terbaru.
Selamat Hari Perawat Sedunia
Jaya Terus Perawat Indonesia.
Salam Indonesia Sehat
Tulisan ini merupakan kolaborasi antara perawat dan dokter Pencerah Nusantara Tosari
oleh : Naela Mustika Khikmah, Ns dan dr. Hafiidhaturrahmah
Sumber: Kompasiana.com
Salut..tulisan yg apresiatif terhadap kolaborasi 2 profesi besar yg berperan sentral dalam mensejahterakan rakyat Indonesia dibidang kesehatan..terus bersinergi demi kemajuan profesi dan karya sejahtera Rakyat Indonesia
BalasHapusSetuju bnget...saling berkolaborasi bukan merasa lebih penting dr yg laen..skedar koreksi untuk ambil gelar ners perawat jg hrus mnyelesaikn sarjana dlu slma 4 tahun klo dr sma...hbs tu bru praketk d rs slma 14 bln untuk gelar ners klo d dokter tu koasny mngkn lma waktuny agak beda...terima kasih..
BalasHapusTerima kasih atas pengakuannya, tp Sampai saat ini perawat msh d diskriminatif, mengapa saya mengatakan demikian karena dlm kurikulum keperawatan kami tidak hy mempelajari tindakan keperawatan tp kami jg mempelajari tindakan medis seperti tindakan memasang infus, kateter,NGT, kumbh lambung dll...
BalasHapusDan ketika sudah bekerja kami pun melakukan tindakan medis tsb dg sistem pendelegasian yg tidak jelas aturannya terutama didaerah.
Dikurikulum keperawatan jelas kami mempelajari tindakan medis tp tdk terintegrasi dlm UU, sampai skrg msh menggunakan sistem pendelegasian.
perawat tdk lbh sprt pembantu bt dr ( tindakan medis yg dkerjkn ol perawat tdk terintegrasi dg jasa scr adil)
Setujuuu sekali...tindakan2 yg anda sebutkan di atas kerap sekali para perawat yg melakukannya!!
HapusAminnn..bnr banget,,salut utk perawattt..ayo temen2 sejawattt kita hrs tetap smangatttt krn disisi lain profesi kita mulia dihadapn Tuhan..smangattt!!!!!
BalasHapusAminnn..bnr banget,,salut utk perawattt..ayo temen2 sejawattt kita hrs tetap smangatttt krn disisi lain profesi kita mulia dihadapn Tuhan..smangattt!!!!!
BalasHapusAminnn..bnr banget,,salut utk perawattt..ayo temen2 sejawattt kita hrs tetap smangatttt krn disisi lain profesi kita mulia dihadapn Tuhan..smangattt!!!!!
BalasHapusAminnn..bnr banget,,salut utk perawattt..ayo temen2 sejawattt kita hrs tetap smangatttt krn disisi lain profesi kita mulia dihadapn Tuhan..smangattt!!!!!
BalasHapusSalut dan terima kasih atas pengakuan yg tidak diskriminatif profesi perawat, karna perawat lah yang selalu menjadi perpanjangtangannan dari seorang dokter dlm menangani klien, smoga saja ada aturan yg jelas di terapkan untuk mengikat dan memisahkan tugas dan tanggung jawab seorang dokter dan seorang perawat agar dapat di pertanggungjawabkan di mata hukum....smangat dan maju terus para perawat indonesia demi kesehatan yg maksimal bagi rakyat semua.....!!!!! Allah memberkahi.... Amin
BalasHapusMakasih buat karya tulis nya dokter..n Ibu naela..saya sebagai perawat pun..bangga dg tulisan ini..saya jg bangga dokter n bu naela..bisa menyatukan kesenjangan yg sampai sekarang sulit untuk dipadukan...semoga perawat n dokter lbh berdampingan untuk menjaga kesehatan di indonesia..barakallah
BalasHapusMakasih buat karya tulis nya dokter..n Ibu naela..saya sebagai perawat pun..bangga dg tulisan ini..saya jg bangga dokter n bu naela..bisa menyatukan kesenjangan yg sampai sekarang sulit untuk dipadukan...semoga perawat n dokter lbh berdampingan untuk menjaga kesehatan di indonesia..barakallah
BalasHapusTerimakasih bu dokter. Semoga makin banyak dokter yang bisa legowo mengakui kerja kami sebagai perawat. Tapi koreksi pendidikan s1 keperawatan ners perawat 5 tahun bu dokter. Hehe.
BalasHapusSalam sejawat untuk bu dokter dan mbak perawat sejawat di tosari. Lain hari kalau ada waktu saya ke bromo boleh lah saya mampir. Dekat sekali rumah saya dengan tosari. ^^
Terimakasih atas pengakuan nya hidup perawat...semangat terus dan lakukan yang terbaik untuk sesama.....salam sejawar Ns naela mustika
BalasHapusKarena dokter dan perawat adalah team...mitra kerja...saling ketergantungan...toh ke 2 nya berbasis ilmu pengetahuan. Terimakasih buat pencerahan ini.
BalasHapusKarena dokter dan perawat adalah team...mitra kerja...saling ketergantungan...toh ke 2 nya berbasis ilmu pengetahuan. Terimakasih buat pencerahan ini.
BalasHapusSukses perawat dalam melayani pasien dengan hati, bekerja dengan giat, sosialisasi dengan pasien, peduli dengan penderitaan pasien selama sakit dalam tindakan keperawatan. Semoga Amal ibadahmu di terima oleh tuhan yang maha esa
BalasHapusTulisan yg sangat inspiratif... sebagai perawat sayai berani berkata pekerjaan ini mudah, pekerjaan ini mulia, pekerjaan ini membuatku lebih dekat dengan tuhan, lebih dekat dengan makhluk :)
BalasHapusTak ada akan ada beban dan keluhan yg kita rasakan jika kita kerjakan dengan ikhlas dan senang hati, pekerjaan ini bukan kewajiban tapi lebih kepada hobi...
semangat teman-teman sejawat, rawatlah negeri ini dengan senyuman :)
salam rekan sejawat !
Smngatt teman sejawat , dn ttap mlayani dgn hati yg tulus ..
BalasHapusSemangat dan sukses sllu perawat indonesia,kami perawat diajarkn sllu ikhlas n penuh rasa prihatin kpda pasien,lelah bekerja sdh biasa,yg terpenting pasien kami selamat,salam sejawat...
BalasHapusMelayani sepenuh hati ��������
BalasHapusMelayani sepenuh hati ��������
BalasHapus